SBI SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL - ANTARA MIMPI DAN REALITAS YANG TERJADI DI MASYARAKAT.

May 11, 2010

Setiap orang tua siswa pasti berharap untuk dapat menyekolahkan anaknya di sekolah yang terbaik. Kriteria sekolah yang baik menurut orang tua adalah sekolah mengedepankan mutu pendidikan yang didukung infrastruktur sekolah yang lengkap. Bangunan sekolah yang megah, fasilitas pendukung super lengkap, guru-guru yang "dimpor" dari luar negeri, serta bahasa Inggris sebagai pengantar, bahkan juga bahasa asing lainnya, merupakan salah satu ciri sekolah internasional yang kini menjadi pilihan sekolah masa kini. Menyekolahkan anak di sekolah berkurikulum internasional makin banyak dipilih para orangtua. Seberapa besar peran sekolah dan orang tua dalam menyikapi Sekolah Bertaraf Internnasional atau biasa di sebut SBI?
Seperti dikutip dari sebuah media di Jakarta, seorang Psikolog Jacinta F. Rini, Msi mengatakan bahwa sekolah internasional mempersiapkan anak didiknya untuk memiliki kepribadian dan wawasan yang "internasional" setara dengan anak-anak di belahan dunia lain, termasuk juga nilai dan etikanya. "Jadi bukan hanya pintar dan cerdas, apalagi kalau hanya pintar menghapal," ujarnya.
Memasuki tahun ajaran baru 2010, semua para orang tua di Indonesia sibuk mencari sekolah yang terbaik buat anak-anaknya dan juga sekolah yang ‘Pas’ dengan ukuran kantong mereka. Hal seperti ini (bisa dibilang kepanikan dari orang tua) sudah jamak kita lihat dari tahun ke tahun di masyarakat. Seperti sebuah bom waktu yang siap meledak ketika memasuki tahun ajaran baru. Karena, seperti yang kita ketahui bahwa hampir 50 persen dari penduduk Indonesia menurut data BPS –Badan Pusat Statistik- tahun 2010, ‘Lima puluh persen dari masyarakat Indonesia berada di garis kemiskinan. Dan 0.7 persen adalah mereka hidup di pedesaaan yang kuarang mampu. Jadi, apa yang bisa kita harapkan dari sebuah mimpi indah SBI ini!
"keunggulan" tersebut kini banyak dicari para orangtua yang ingin anak-anaknya mendapat pendidikan terbaik. Salah satunya adalah Paramita (39), yang memasukkan putra sulungnya, Edwin (7) di Jakarta Singapore School. Meski harus mengeluarkan biaya cukup mahal, sekitar 4000 dollar Singapura per dua semester, namun Paramita mengaku sangat puas dengan kemajuan yang dicapai oleh Edwin.

"Biaya yang saya keluarkan sepadan dengan hasilnya. Bila berkomunikasi Edwin kini otomatis berbahasa Inggris, ia juga mengerti bahasa mandarin yang memang diajarkan di sekolahnya," ucap Paramita, yang memang berencana agar Edwin melanjutkan SMP nya di Singapura.

0 comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan jejak Anda di sini. Dengan begitu saya akan berkunjung balik ke blog Anda tapi, saya mohon untuk tidak berkomentar yang berbau SARA, Promosi apalagi Spam. Saya sangat menghargai jika komentar Anda berkaitan dengan isi posting, terimakasih

Lingkar Tujuh's says

Sekeping hati yang ingin kubagi dengan informasi tentang Kesehatan, Agama dan Isu yang hangat dibicarakan masyarakat. Terimakasih telah singgah ke blog ini 'Lingkar Tujuh' Saran dan komentar Anda sangat berarti di hatiku

Lihat Komentar Anda

  © Template Powered by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP