10 Adab Berbicara Menurut Islam

June 07, 2010

Berikut adalah 10 Adab Berbicara Menurut Islam. Dari sepuluh adab berbicara menurut Islam ini, akan lebih baik jika kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Silahkan diserap agar bisa memperkaya khasanah pemahaman agama kita.


1. Semua pembicaraan harus kebaikan, dan menghindari mengucapkan yang bathil. ‘Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhoi Allah SWT yang ia tidak mengira akan mendapatkan demikian, sehingga dicatat oleh Allah SWT keridhoanNya bagi orang tersebut sampai Hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah SWT mencatatnya yang demikian itu sampai Hari Kiamat.’ (HR Tirmidzi dan ia berkata hadith hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
2. Berbicara dengan jelas dan mudah dipahami.
3. Tidak berlagak atau dengan cara yang sombong
4. Menghindari terlalu banyak berbicara sehingga membosankan.
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan
6. Menghindari dusta
7. Menjauhi Debat Kusir. ‘Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.’ (HR Ahmad dan Tirmidzi) dan dalam hadist lain disebutkan sabda Nabi SAW: ‘Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.’ (HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela dan melaknat. ‘Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.’ (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk.
10. Menghindari ghibah dan mengadu domba.
11. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadist Nabi SAW dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya berkata: ‘Ada seseorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka Nabi SAW bersabda, ‘Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu!’ Lalu beliau (Nabi SAW) bersabda, ‘Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si Fulan, semoga Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan seseorang pun disisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.’ (HR Muttafaq ‘alaih, dan ini adalah lafazh Muslim)

Read more...

3 Keunikan Manusia Sebagai Makhluk Mulia Dalam Dunia Islam

May 20, 2010

Kita manusia, adalah makhluk yang unik. Pernahkah kita merenungi mengapa kita unik? Apa sajakah 3 keunikan manusia sebagai makhluk mulia cipta'an Allah dalam dunia Islam sehingga membuatnya berbeda dari makhluk Allah yang lain?

Keunikan Pertama, manusia adalah makhluk Allah yang dimuliakan (mukaram). Allah SWT berfirman: ‘Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan’ (QS Al-Isra: 70)

Salah satu hal yang mengindikasikan dimuliakannya manusia adalah peniupan ruh pada diri manusia. Allah SWT berfirman, ‘Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ‘ke dalamnya ruh-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS As-Sajdah: 9)

Dalam sebuah hadist shahih riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana ruh ditiupkan pada setiap janin manusia. “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptaannya dalam rahim ibunya, selama empat puluh hari berupa nutfah, lalu menjadi segumpal darah selama itu pula, lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat empat hal yang telah ditentukan, yaitu: rezeki, ajal, amal dan bahagia atau sengsaranya.”

Alam ruh adalah kehidupan pertama yang dilalui oleh setiap manusia. Kemudian pada hari ke 120 dari pertumbuhan sebuah janin, sebagaimana disebutkan dalam hadist diatas, ruh ditiupkan pada jasad manusia. Inilah alam rahim sampai dengan jabang bayi keluar dari rahim ibunya. Begitu terlahir, manusia memasuki alam baru yang disebut alam dunia. Kemudian manusia akan dimatikan, jasadnya hancur dan ruhnya berpindah kealam barzah. Pada hari kebangkitan, ruh setiap manusia akan dikembalikan kedalam jasadnya masing-masing, untuk kemudian menghadapi pengadilan Alah dan menerima pembalasan yang sempurna atas semua yang telah ia lakukan selama hidup di dunia.

Indikasi lain dimuliakannya manusia adalah diberikannya manusia oleh Allah berbagai potensi seperti akal pikiran, kelebihan berbahasa dan keindahan fisik. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-Tiin: 4)

Disamping itu, manusia juga dimuliakan dengan ditundukkannya alam semesta untuk manusia. Allah SWT berfirman, ‘Apakah kamu tidak melihat bahwasannya Allah menundukan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya, dan dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allha benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia.” (QS Al-Hajj: 65)

Dengan demikian Allah menciptakan gunung-gunung, lautan, sungai, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya hanyalah untuk kepentingan manusia. Karena Allah telah menundukkan semua itu untuk manusia maka manusia pun dengan akal pikirannya bisa mengelola dan memanfaatkan Semua itu untuk kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya. Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Pemurah kepada manusia. Lalu apakah manusia tidak akan mensyukurinya?

Keunikan Kedua, manusia adalah makhluk Allah yang mendapat tanggung jawab besar (mukallaf). Dahulu Allah telah menawarkan amanah kepada langit dan gunung-gunung, tetapi semuanya menolak dan hanya manusia yang menerimanya. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab: 72)

Hanya saja tidak semua manusia bisa menunaikan amanahnya dengan baik. Sebagian manusia justru sebaliknya berlaku khianat. Adapun amanah manusia pada dasarnya ada dua. Amanah pertama adalah beribadah kepada Allah, sebagaimana friman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat: 56) Sedangkan amanah manusia yang kedua adalah menjadi khalifah di atas muka bumi sebagaimana yang Allah jelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (yaitu manusia).’

Keunikan ketiga, manusia adalah makhluk Allah yang diberi pilihan (mukhayyar). Allah memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk beriman, taat dan besyukur atau sebaliknya kufur, ingkar dan tidak bersyukur. Hanya saja dengan kebebasan memilih ini manusia harus siap menanggung konsekuensinya, yaitu adanya balasan atas pilihannya. Jika ia memilih untuk berbuat baik maka ia pun akan mendapat pahala, balasan kebaikan dan surga. Sebaliknya, jika ia memilih untuk berbuat buruk maka ia pun akan mendapat dosa, balasan keburukan dan neraka.

Disamping beberapa keunikan di atas, kita juga harus menyadari bahwa hakikat manusia diciptakan, dihidupkan dan dimatikan adalah untuk diuji selama di dunia ini. Manusia akan diuji siapakah yang paling baik amal perbuatannya. Allah SWT berfirman: “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk: 1 – 2) Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS Al-Kahfi: 7)

Manusia juga akan diuji atas apa saja yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Allah memberikan anugerah yang berbeda-beda kepada setiap orang untuk menguji apakah seseorang bisa menggunakan setiap anugerah yang Dia berikan secara benar sesuai dengan yang Dia kehendaki ataukah tidak. Allah SWT berfirman, “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. (QS Al-Maidah: 48) Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman, “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-An’am: 165)

Wallahu a’lam bish shawab
By Abdur Rosyid

Read more...

Lingkar Tujuh's says

Sekeping hati yang ingin kubagi dengan informasi tentang Kesehatan, Agama dan Isu yang hangat dibicarakan masyarakat. Terimakasih telah singgah ke blog ini 'Lingkar Tujuh' Saran dan komentar Anda sangat berarti di hatiku

Lihat Komentar Anda

  © Template Powered by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP